TATA TULIS LATIN JAWA
Postingan ini bukan bertema Jawa Kuno, tapi saya perlu membahasnya karena sering jadi bahan eyel-eyelan.
Jadi begini ... orang Jawa mengenal huruf Latin karena dibawa Belanda. Sebelum Belanda datang, Jawa sudah punya aksara sendiri, yang biasa disebut Carakan.
Ketika bahasa Jawa ditulis pakai huruf Latin, maka Latin harus tunduk pada kaidah Carakan. Itu karena Carakan yang lebih dulu ada di sini. Bukan malah Carakan yang harus tunduk pada Latin!!
Latin Jawa beda dengan Latin Indonesia.
- Latin Indonesia = bersifat transkriptif. Ditulis sesuai bunyi.
- Latin Jawa = bersifat transliteratif. Ditulis menurut alih-aksara Carakan.
Rumusnya begini :
- Nglegena = dilatinkan A
- Wulu = dilatinkan I
- Suku = dilatinkan U
- Pepet = dilatinkan Ê
- Taling = dilatinkan E
- Taling Tarung = dilatinkan O
Maka, bahasa Indonesia DUA dalam bahasa Jawa ditulis LORO karena mengikuti Carakan yang mengandung taling tarung (lihat gambar). Sementara itu, bahasa Indonesia SAKIT dalam bahasa Jawa ditulis LARA karena mengikuti Carakan yang nglegena (lihat gambar).
Inilah jati diri orang Jawa. Meskipun menulis pakai huruf Latin, tapi tidak ikut aturan Belanda. Latin Jawa punya ciri khas sendiri yang berbeda dengan Latin Belanda dan Latin Indonesia.
Jangan dicampur-aduk.
PERMASALAHANNYA ADALAH ... di zaman modern tidak semua orang Jawa paham Carakan. Banyak orang Jawa sekarang ngertinya huruf Latin saja, dan mereka menulis bahasa Jawa mengikuti kaidah Latin Indonesia. Padahal beda lho!!
Berikut ada sedikit tips untuk melatinkan bahasa Jawa bagi mereka yang tidak paham Carakan.
Pertama-tama kita harus pahami lebih dulu adanya bunyi O JEJEG dan O MIRING.
Contoh bunyi O Jejeg :
toko, sore, sawo, soto, kêbo, loyo.
Contoh bunyi O Miring :
tokoh, lontong, garong, robot, colong.
Sekarang coba fokus pada suku kata terakhir, maka suku kata yang depan bisa mengikuti :
Untuk bunyi O JEJEG HIDUP dalam bahasa Jawa tetap ditulis O.
Contoh :
- kêbo (kerbau) ditulis: kêbo
- bojo (istri) ditulis: bojo
Untuk bunyi O JEJEG MATI dalam bahasa Jawa ditulis U.
Contoh:
- dulor (saudara) ditulis: dulur
- nguyoh (kencing) ditulis: nguyuh
Untuk O MIRING MATI dalam bahasa Jawa tetap ditulis O.
Contoh:
- kobong (terbakar) ditulis: kobong
- kongkon (perintah) ditulis: kongkon
Untuk O MIRING HIDUP dalam bahasa Jawa ditulis A.
Contoh:
- konco (teman) ditulis: kanca
- nggowo (membawa) ditulis: nggawa
Seperti itulah aturannya. Anehnya, banyak yang protes. Mungkin mereka lebih suka belajar bahasa Jawa dari teks VCD dangdut koplo daripada buku Pêpak Basa Jawa. Kalau benar begitu, mau dikemanakan jati diri bahasa Jawa???
Padahal, ketika nulis bahasa Inggris misalnya,
- wan = ditulis : one
- ai lav yu = ditulis : I love you
Mereka bisa menerima. Tidak protes.
Tapi ketika menulis bahasa Jawa mengikuti standar yang baku, mereka protes. Alasannya "Aku bukan orang Sunda". "Aku bukan orang Ngapak." Kebanyakan alasan tapi tidak mau belajar.
Gambar di atas ini semoga mudah dipahami.
Nuwun.
Sumber : Heri Pur.
0 komentar:
Posting Komentar